Mojokerto-(satujurnal.com)
Pemerintah Kota Mojokerto berkomiten mengeliminir penyakit TBC. Tak hanya mengandalkan Dinas Kesehatan saja, tapi juga menggandeng banyak pihak, dari puskesmas, kader motivator, hingg keluarga pasien. Semua diajak bergerak bersama.
Dalam rapat koordinasi lintas sektor kemarin (12/6), Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, Indonesia saat jadi negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia.
“Penanganan TBC tidak cukup hanya cari pasien. Yang paling penting itu pastikan mereka sembuh tuntas,” tegas Ning Ita, sapaan Wali Kota Ika Puspitadari.
Berdasarkan data, kasus TBC di Mojokerto naik dari 757 kasus (2023) ke 869 kasus (2024). Dan baru setengah tahun 2025, sudah ada 322 kasus. Tapi katanya, yang jadi tantangan utama itu bukan jumlah kasus—melainkan konsistensi pengobatan. Soalnya, pasien harus minum obat selama 6 bulan nonstop. Tidak boleh putus.
Lantaran itu pula, tenaga kesehatan, keluarga, dan para kader berperan sangat penting untuk mendampingi pasien sampai benar-benar sembuh.
Pemkot juga makin gencar mengedukasi lewat posyandu, penyuluhan, dan kegiatan bareng warga. Kendati demikian, Ning Ita menegaskan, bahwa kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan.
“Kita semua harus jalan bareng, dari kota sampai desa. Ini tugas bareng-bareng, bukan hanys urusan dinas,” katanya.
Ia juga mendorong adanya sinkronisasi data antara pemerintah daerah dengan provinsi agar penanganan lebih terarah berdasarkan data riil di lapangan.
Ning Ita berharap, upaya penanganan TBC tidak hanya mengejar target angka, tapi juga memberikan hasil nyata. Masyarakat yang sehat, sembuh total, dan semakin paham pentingnya pola hidup bersih dan sehat. (one/hms)


Social